Pagelaran
kesenian Burok ini mirip pegelaran kesenian Barongsai, yang membedakannya
adalah kalau Barongsai memakai wujud hewan utama naga, sedangkan Burok itu
memakai wujud hewan utama kuda bersayap dengan kepala putri cantik yang
rambutnya panjang. Wujud hewan pengiring lainnya dalam kesenian burok yaitu
Singa atau juga dikenal Sisingaan atau Singa Gotong atau Gotong Singa atau
Singa Barong merupakan seni pertunjukan yang terpisah dengan Seni Burok. Kini,
segala jenis binatang bahkan rupa-rupa “dedemit” ramai-ramai mengiringi burok.
Kesenian burok sampai kini masih tetap exist di Kabupaten Cirebon.
Sejarah Kesenian Burok
Kesenian
Burok khas Cirebon pertama kali di perkenalkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga
untuk mengajak masyarakat kumpul-kumpul sekalian untuk memberikan dakwah agama
Islam. Jadi sama saja seperti kesenian wayang, Kesenian Burok Cirebon Adalah
sarana pembuka untuk saling bersilaturahmi.
Burok khas
Cirebon dibuat dengan rupa wajah wanita cantik dan dipakaikan kerudung. Mungkin
karena dulunya digunakan untuk kebutuhan dakwah, kepala burok dipakaikan
kerudung.
Pementasan
Seni Burok Kesenian Burok Cirebon biasanya di laksanakan di tempat yang luas
atau diarak keliling kampung. Kesenian Burok Cirebon menggunakan iringan musik
tradisional antara lain : gitar, beduk, kendang, kencer juga gitar bas. Kini
sudah dimodifikasi dengan musik pengiring modern yaitu musik Tarling Dangdut.
Dengan iringan musik khas pantura ini, burok berlenggak-lenggok mengikuti
irama.
Seperti
kesenian sisingaan atau singa gotong, seni burok juga biasanya dipentaskan
untuk acara syukuran khitanan atau syukuran lainnya. Umumnya, pengantin khitan
dipakaikan busana seperti tokoh wayang sewaktu menaiki burok ini.
Kemunculan
seni Burokan berdasarkan tuturan para senimannya berawal dari sekitar tahun
1934 seorang penduduk desa Kalimaro Kecamatan Babakan bernama abah Kalil
membuat sebuah kreasi baru seni Badawang (boneka-boneka berukuran besar) yaitu
berupa Kuda Terbang Buroq, konon ia diilhami oleh cerita rakyat yang hidup di
kalangan masyarakat Islam tentang perjalanan Isra Mi’raj Nabi Muhamad SAW dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dengan menunggang hewan kuda bersayap yang
disebut Buroq. Di samping itu dalam beberapa kesaksian orang-orang di Cirebon,
selain dalam cerita rakyat, masyarakat Cirebon dikenalkan pula sosok Buroq ini
dalam lukisan-lukisan kaca yang pada waktu itu cukup popular dan dimiliki oleh
beberapa anggota masyarakat di Cirebon.
Lukisan
kaca tersebut berupa Kuda sembrani (bersayap) dengan wajah putri cantik
berwajah putih bercahaya. Pendek kata orang Cirebon tak merasa asing terhadap
figur Buroq ini. Maka Kalil melalui kreativitasnya melahirkan sebuah Badawang
baru yang diberinama Buroq, sementara keseniannya diberi nama seni genjring
Buroq. Di dalam perkembangannya dari Kalil sampai generasi keempat seni
Genjring Buroq semakin digemari masyarakat, bahkan tersebar ke pelbagai daerah
di luar Cirebon, seperti Losari, Brebes, Banjarharjo, Karang Suwung, Ciledug,
Kuningan, dan Indramayu. Dewasa ini Burokan yang menonjol adalah Genjring Burok
Gita Remaja dari desa Pakusamben yang dipimpin Mustofa (bukan keturunan Kalil)
sejak 1969 sampai sekarang.
Pertunjukan Burokan Cirebon
Pertunjukan
Burokan biasanya dipakai dalam beberapa perayaan, seperti Khataman, Sunatan,
perkawinan, Marhabaan dll. Biasanya dilakukan mulai pagi hari berkeliling
kampung di sekitar lokasi perayaan tersebut. Adapun boneka-boneka Badawang di
luar Buroq, terdapat pula boneka Gajah, Macan, dll. Di mana sebelumnya
disediakan terlebih dahulu sesajen lengkap sebagai persyaratan di awal
pertunjukan. Kemudian ketua rombongan memeriksa semua perlengkapan pertunjukan
sambil membaca doa. Pertunjukan dimulai dengan Tetalu lalu bergerak perlahan
dengan lantunan lagu Asroqol (berupa salawat Nabi dan Barzanji).
Rombongan
pertunjukan masih berjalan ditempat, setelah banyak masyarakat yang datang
rombongan mulai bergerak dan semakin lama semakin meriah karena masyarakat
boleh turut serta menari berbaur dengan para pelaku, sementara kalau dalam
acara khitanan, anak sunat dinaikan ke atas Burok dengan pakaian sunat lengkap
dan nampak dimanjakan. Sementara anak-anak desa yang ingin naik boneka-boneka
Gajah, Macan, Kuda, Kera, dll. Dipungut uang antara Rp. 500-1000,-.
Pada saat
arak-arakan, lagu-lagupun berubah tidak lagi lagu Asroqol tetapi lagu-lagu
tarling, dangdutan, Jaipongan, seperti Limang Taun, Sego Jamblang, Jam Siji
Bengi, Sandal Barepan, Garet Bumi, Sepayung Loroan, Kacang Asin, Tilil
Kombinasi, bahkan lagu-lagu yang sedang popular, misalnya Pemuda Idaman,
Melati, Mimpi Buruk, Goyang. Dombret dll. Sepanjang pertunjukan Burokan, tetap
boneka Buroq lebih menarik, rupanya yang cantik, dan gerakan-gerakan kaki para
pelaku yang bergerak mengikuti irama musik, menjadi disukai masyarakat.
Makna Pertunjukan Burok Cirebon
Makna yang
tersembunyi dibalik bentuk pertunjukan Burokan, antara lain: Makna syukuran
bagi siapapun yang menanggap Burokan, terutama dianggap sebagai seni
pertunjukan rakyat yang Islami; Makna sinkretis bagi yang melihatnya dari
tradisi Badawang (boneka-boneka yang ada muncul dari cara berfikir mitis
totemistik yang berasal dari hubungan arkaistik sebelum Islam menjadi agama
dominan di Cirebon); Makna akulturasi bagi benda yang bernama Buroq (sebagai
pinjaman dari daerah Timur Tengah terkait dengan kisah Isra Mi’raj Nabi Muhamad
SAW yang dipercayai sebagian masyarakat Cirebon sebagai dongeng dari
tempat-tempat pengajian yang diabadikan juga dalam lukisan-lukisan kaca); Makna
universal bagi sosok hewan seperti Buroq, yang sebenarnya dapat ditemukan di
dalam mitos-mitos bangsa tertentu, misalnya Yunani, terdapat pula mahluk
seperti Buroq, yakni Centaur (mahkluk berwujud kuda bertubuh dari dada sampai
kepala adalah manusia). Di mana di dalam dunia perbintangan dikenal sebagai
rasi Sagitarius. Demikian pula bagi bangsa Mesir, seperti kita kenal pada
Sphinx.
Pembuatan Burok Cirebon
·
Pembuatan wajah
Wajah
burok adalah topeng dari kertas yang menampilnya seluruh permukaan wajah mulai
dari dahi, hidung, mulut, mata, dan telingan. membuatnya cukup pake cetakan
boleh dari tanah liat maupun plastisin (lilin mainan).
·
Pembuatan kerangka
Kerangka
badan burok dibuat dari bambu yang dirangkai. Dan perlu kehati-hatian saat
menekuk bambu jika sibambu ditekuk terlalu keras sibambu akan patah. Untuk
pembuatan rangka badan bisa menggunakan bambu tua maupun bambu muda.
·
Pembuatan sayap
Sayap
burok terbuat dari besi yang dilas sangat kuat. Bentuk sayap burok
benmacam-macam dengan pola pada sayap yang bermacam-macam pula. Agar lebih
menarik bagusnya sayap burok bisa mengepak seperti burung untuk caranya
bagaimana saya kurang ngerti.
·
Pembuatan kain penutup badan
Kain yang
digunakan biasanya berwarna cerah misal : kuning, orange, merah tua (khusus
burok Rahwana), hijau muda, biru muda, ungu, merah marun dll. Panjang kain
penutup tubuh burok kurang lebih 9 meter.
·
Pembuatan mata burok
Ini
merupakan ciri khas dalam burok cirebon MATA iya mata! mata burok cirebon bisa
berkedip seperti mata manusia. caranya ialah wajah burok di beri 2 lubang
(kanan kiri) gunakan sistem jungkat-jungkit, beri tali karet di bola mata dan
pasang.
0 Komentar