Tari sebagai sajian pertunjukkan yang merupakan hasil dari suatu proses kreatif, yaitu kreasi dari seorang koreografer, penari merupakan orang yang menampilkan gerakan tarian yang sudah diciptakan, dan beberapa orang yang memiliki keahlian dalam tata rupa pelengkap dari suatu tarian. Terdapat beberapa elemen-elemen sebagai bentuk pertunjukkan dari seni tari adalah sebagai berikut.

Pelaku
Menurut Murgiyanto (1986) dalam seni pertunjukkan, terdapat seniman pelaku dan seniman pencipta. Jumlah seniman pelaku selalu lebih banyak dibandingkan seniman penciptanya. Demikian pula halnya dalam seni tari, jumlah penari lebih banyak daripada pencipta atau penata tari.

Gerak
Menurut Jazali (1989) Gerak merupakan unsur utama dalam tari, yang di dalamnya mengandung unsur tenaga, ruang, dan waktu. Maksudnya adalah untuk menimbulkan gerak yang indah dan mempunyai kekuatan sehingga mampu mengubah suatu sikap dari anggota tubuh. Perubahan sikap yang terjadi dikatakan gerak dalam seni tari yaitu merupakan hasil proses pengolahan dari gerak yang telah mengalami stilisasi atau pengolahan gerak.

Gerak dalam tari dibagi menjadi dua yaitu gerak maknawi dan gerak murni. Gerak maknawi adalah gerak yang mengungkapkan makna secara eksplisit dan mengandung suatu arti. Contohnya gerakan orang bercermin, menangis, dan gerak-gerak tari dalam aktivitas sehari-hari seperti aktivitas nelayan dan masih banyak gerak-gerak maknawi lainnya. Gerak murni adalah gerak yang fungsinya hanya untuk keindahan semata dan tidak memiliki arti apapun atau maksud tertentu. Gerak murni tidak memiliki arti khusus dan hanya sebagai penghias dan pengindah dalam tarian. Contohnya dalam bentuk tangan ada nyekiting, nyempurit, gerakan pacak gulu pada leher, dan pada kaki misalnya nyelekenthing dan masih banyak lagi (Kusnadi 2009).

Tata Busana
Tata busana tari, semula pakaian yang dikenakan oleh para penari adalah pakaian sehari-hari. Dalam perkembangannya, pakaian tari telah disesuaikan dengan kebutuhan tarinya. Fungsi busana tari adalah untuk mendukung tema atau isi tari, dan untuk memperjelas peran-peran dalam suatu sajian tari. Busana tari yang baik bukan hanya sekedar untuk menutup tubuh semata, melainkan juga harus dapat mendukung desain ruang pada saat penari sedang menari (Jazuli 2016:61).

Tata Rias
Perlu diperhatikan bahwa tata rias panggung (untuk pertunjukkan) berbeda dengan rias untuk sehari-hari. Untuk pemakaian rias sehari-hari kita harus selalu menyesuaikan dengan situasi lingkungan. Misalnya cukup dengan polesan dan garis-garis tipis. Lain halnya dengan rias panggung, yakni selain harus lebih tebal karena adanya jarak anatara penari dan penonton yang sering agak berjauhan, juga harus menyesuaikan karakter tokoh atau peran yang dibawakan (Jazuli,1994).

Musik iringan
Musik dan tari merupakan pasangan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Semula manusia menggunakan suaranya dengan teriakan, jeritan dan tangisan guna mengungkapkan perasaannya, seperti perasaan gembira takut, terharu, marah, dan sebagainya. Curt Sachs dalam bukunya World History of The Dance mengatakan, bahwa pada zaman pra-sejarah andaikata musik dipisahkan dari tari, maka musik itu tidak memiliki nilai artistik apapun (Jazuli,2016:60).

Tempat pertunjukkan
Menurut Jazuli (2016:61) tempat pentas suatu pertunjukkan apa pun bentuknya selalu memerlukan tempat atau ruangan guna menyelenggarakan pertunjukkan itu sendiri. Di Indonesia kita dapat mengenal bentuk tempat pertunjukan (pentas), seperti dilapangan terbuka atau arena terbuka, di pendapa, dan pemanggungan (staging).

sumber dari :